Jumat, 25 Januari 2013

NT


Lihat aku, masih berjalan mengikuti apa mau hati,
Inginku hanya kenyamanan dalam sendiri, bukan untuk dihujani empati, apalagi kagum,
Sekiranya nanti aku seorang diri,
       jangan tegur!
       anggaplah itu usahaku untuk tetap tegar.

Di susunan tangga ini aku terduduk melamun kemudian,
Anak-anak angin juga sekedar mampir
Mencoba membangunkanku ke alam kenyataan.

Aku tahu, tidak untuk selamanya aku mengerti arah perjalananku,
Ruang-ruang di setiap sudut semakin memudar,
Cahaya yang dulu seperti siang pun semakin membisu,
       seperti tidak paham bagaimana membias,

Entahlah, tanganku sudah cukup lelah mengeksekusi berjuta air mata,
      maka kubiarkan mereka membasahi hati, hingga banjir.

Lambaian tanganmu menjauh yang terakhir kuingat,
Lantaran kaki sudah tidak mampu menapak pada yang seharusnya,
Aku terjatuh,
     sekali, dua kali, selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar