Selasa, 12 Maret 2013

dear Gillian.

Empat hari yang lalu, waktu gue lagi asik mainan twitter, gue ngebaca salah satu tweet dari temen gue, terus gue reply tweetnya dan kita jadi bales-balesan tweet berbentuk puisi simple.. Sebenernya gue udah mau nulis tentang ini dari hari pertama sejak kejadian itu, tapi karena males, akhirnya malah keduluan doi yang ngepost ini di blog.. klik ini deh.. (tulisan italic itu tweet gue)


Bodohnya kamu, menangis tanpa sebab. Tak tahukah kamu, dia tidak sedetikpun mengingatmu? Iya, karena kamu tidak penting.

Tak tahukah kamu bahwa detik akan menjadi menit, yang sebenarnya lebih penting? Hingga air mata malah berbuah senyuman nantinya.

Jika benar adanya bahagia di ujung, aku harap jalan menujunya tidak perlu diiringi tangis sedemikian perih.

Sayangnya harapmu hanya imajinasi. Bahagia tidak berada di ujung, dan tangisan bukan melulu tentang sebuah pedih, kesedihan.

Benar, ini bukan tangis kepedihan, hanya tangis rindu yang menyesakkan, yang hanya akan sampai dalam angan.

Anggap saja bahagiamu terpendam di suatu pojokan jalan sana, menanti tuk kau habiskan secara mendadak. Nikmati saja perih yang sekarang jadi bagianmu.

Pimpin kerinduan itu sampai ke angan, sandarkan sejenak kemudian. Ambil waktumu -jangan terlalu lama-, dan ingat lagi hatimu kuat.

Ya, kombinasi perih, pahit, pedih, getir ini beribu kali rasanya lebih nikmat, hingga aku tak sanggup lagi menenggaknya.

Jangan tenggak habis sekarang, jadikan sebagian sebagai kata-kata magis pada bait-bait puisi, sisakan juga sedikit banyak ruang untuk kenikmatan bahagiamu nanti.

Sudah cukup rasanya, pahit, aku tidak sanggup lagi, biar rasa ini terbang menghilang dalam kabut hingga tak kasat mata.

Gandeng tanganku, biar kuperkenalkan engkau pada 'ramuan obat cina' agar kau tahu bahwa tidak semua pahit adalah buruk.

Aku hanya ingin menginginkannya untuk jadi tabibnya, andai ia tahu, betapa irinya aku pada si jalang itu, andai saja ia mau melihatku.

Ketahuilah bahwa hati memang terlalu unik untuk jatuh di tempat yang salah, pun ini terjadi padamu yang mencintai dia.

Oh andai saja rasa ini tidak pernah ada, aku akan lebih bahagia dibanding sekarang.

Tidak! Tanpa rasa itu, mungkin sekarang kau sedang sesungukan pada sebuah lorong gelap tempat para orang gila menuduh orang lain gila.

Aku kesepian, tanpa teman, tanpa cinta. Bahkan gemerisik hujan dan gemuruh langit tidak mau menemaniku lagi.

Tutup mata dan telinga, hujan tidak begitu selamanya. Tahukan bahwa pelangi tercipta karena ada hujan sebelumnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar